Seperti halnya dalam penyampaian Al-Qur’an ada salah satu metode yang efektif digunakan yaitu metode kisah,pada kesempatan ini kisah yang penuh makna akan kita angkat untuk di ambil pelajaran yaitu kisah hidup salah seorang imam besar yakni Abu Hanifah.Seperti biasanya Abu Hanifah berangkat ke pasar.Menggerakkan bisnisnya.Berdagang kain dan pakaian.Itu sudah ia jalani dalam berbilang tahun.Abu Hanifah menjadi seorang pengusaha sukses dalam usianya yang masih muda.Hari itu dalam perjalanannya,Asy-Sya’bi salah satu ulama besar di masa itu memanggilnya.”Siapa yang hendak engkau tuju? itu,tetapi siapa dari para ulama yang biasa engkau pergi berguru padanya?”.”Tidak,aku tidak pergi ke para ulama,aku pergi berdagang ke pasar,”jawab Abu Hanifah lagi.”Jangan seperti itu.Engkau harus mendalami ilmu dan berguru kepada para ulama.Sungguh aku melihat di dalam dirimu ada jiwa yang hidup dan bergerak.”
Mendengar nasehat itu,Abu Hanifah sangat tersentuh hatinya.Maka sejak itu,ia pun mulai mendalami ilmu dan berguru kepada para ulama di masa itu.Abi Hanifah memutuskan untuk belajar dan menimba ilmu kepada Hamad bin Sulaiman.Ia berguru kepadanya dan terus bermulazamah selama delapan belas tahun penuh.Belajar ilmu yang luas,utamanya ilmu fiqih.Gurunya,mendapati Abu Hanifah benar-benar seorang murid yang cerdas,memiliki pemahaman yang kuat,mempunyai hafalan yang melekat serta unggul jauh di banding teman-teman yang lainnya.Maka Hamad,sang guru berkata,”Tidak boleh adaa yang duduk di barisan paling depan kecuali Abu Hanifah.”Pada sepuluh tahu pertamanya,Abu Hanifah sempat ingin berhenti meninggalkan gurunya,ia ingin membuat majelis sendiri.
Suatu malam aku pergi ke masjid guruku.Aku memutuskan untuk meninggalkan majelis guruku.Tapi begitu memasuki masjid,hatiku enggan untuk meninggalkannya.Aku pun duduk bersamanya.Pada malam itu ada berita duka dari kerabat guruku,bahwa ada keluarganya di Basrah yang meninggal dan memiliki harta warisan tetapi tidak ada keluarga yang mengurusinya.Maka guruku memerintahkan aku untuk duduk menggantikannya dalam majelisnya.”
Maka pada malam itiu Abu Hanifah duduk sebagai guru,di majelis gurunya,menggantikan Hamad.Sebuah posisi yang semula ia inginkan dengan cara membuat majelis sendiri dan menjadi guru sendiri secara terpisah.Maka Abu Hanifah pun menjawab berbagai pertanyaan,memberi fatwa.Usianya kala itu tiga puluh tahun.Selama ditinggal gurunya,Abu Hanifah mengakui ada banyak masalah baru yang sebelumnya tidak pernah ia dengar.Ia selalu menulis permasalahan itu sekaligus menulis pula jawabannya sesuai yang ia yakini.Gurunya harus pergi ke Basrah selama dua bulan.Setelah kembali,Abu Hanifah menyodorkan catatannya tentang masalah-masalah baru dan jawabannya.Jumlahnya mencapai enam puluh masalah.Gurunya sependapat dengan empat puluh dan berbeda jawaban dengan Abu Hanifah untuk dua puluh sisanya.
Maka,sejak itu Abu Hanifah tidak pernah lagi meninggalkan majelis gurunya hinggah gurunya wafat delapan puluh tahun kemudian.Setelah delapan belasa berguru dan menemani gurunya,Abu Hanifah sangat merasakan hari-hari yang indah dalam umurnya.Setelah gurunya wafat,Abu Hanifah sangat merasa kehilangan.Karenanya ia selalu mengingatnya,mencintainya.Tidaklah ia berdo’a ntuk kedua orang tuanya memohon ampunan,kecuali ia pasti juga mendo’akan hal yang sama untuk gurunya,Hamad.Tidaklah ia menyebut kebaikan kedua orang tuanya,kecuali ia juga akan menyebut kebaikan gurunya,Hamad.Itu adalah saat-sat indah dan sangat berkesan dari keseluruhan hidup Abu Hanifah.Tak berlebihan bila menurut Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad,Abu Hanifah digambarkan sebagai seorang lelaki yang faqih,sangat menguasai fiqih,terkenal kehati-hatiannya.Hartanya sangat melimpah,banyak memberi kepada siapa yang dating.Sabar dalam mengajarkan ilmu siang dan malam.Perilakunya menawan,banyak diam dan sedikit bicara.Sangat pandai dalam menunjukkan mana yang benar dan menjauh dari harta penguasa.Apa yang kita kenang dari Abu Hanifah adalah akumulasi dari keseluruhan hidupnya yang telah ia bangun dengan sangat sungguh-sungguh.Akumulasi dari saat-saat indah dari umur dan hidupnya.
Saat indah dalam umur kita adalah saat kita berada di puncsk performa pada satuan-satuan kehidupan kita beragam dan berbeda-beda.Tidak keseluruhan umur hidup kita selalu berada dalam puncak performanya.Itu tidak mungkin.Dari keseluruhan perjalanan yang telah kita lalui,puncak performa akan seperti prasasti-prasasti.Memberi kita tanda-tanda keberhasilan,tanda kesuksesan,tanda prestasi.Dan jumlahnya pasti tidak sebanyak jumlah hari-hari dalam umur kita.Sebab kita pernah gagal,sebab kita pernah jatuh,sebab ada dalam bagian dari hidup kita yang kita jalani secara datar saja.Siapapun kita.Bila pun jumlah prasasti kita banyak,tiap hari yang baru selalu membawa tantangan baru,ancaman baru dan kesulitan baru.Sesuatu yang tidak selalu bias kita hadapi dengan kepandaian masa lalu.Meskipun,kepandaian masa lalu itu dahulu merupakan sesuatu yang luar biasa.
Saat-saat indah dalam umur kita adalah suasana dimana kita merasa sangat baik dan berada dalam puncak kebaikan kita.Di mana energi positif di dalam diri kita,seperti perasaan positif,kesadaran positif memuncak menjadi energi utama bagi sebuah karya yang luar biasa.
Memperbanyak saat-saat yang indah dalam umur kita,akan mengantarkan kita menjalani hidup dalam proses dan grafiknya yang perlahan terus meningkat ke atas.Seperti yang dialami dan dirasakan oleh Abu Hanifah.Mula-mula ia hanya seorang pengusaha.Lalu ia menekuni ilmu,berguru dan kemudian menguasai fiqih.Sesudah itu kebesarannya terwariskan melalui murid-muridnya.Bahkan sejarah kemudian mencatat Abu Hanifah sebagai contoh paduan yang sempurna sebagai seorang pengusaha sekaligus seorang ulama.Para ahli sejarah juga mengatakan,Abu Hanifah merupakan orang pertama yang memeberikan beasiswa pendidikan,jauh sebelum Negara Barat melakukannya.Puncak performa adalah prasasti yang berguna untuk menyemangati keseluruhan perjalanan hidup kita.Ia juga berguna sebagai pengungkit dan factor pengali bagi total jumlah capaian kita dalam hidup.Dalam soal upaya mengajak ke jalan kebaikan,puncak performanya diistilahkan Al-Qur’an dengan yang paling baik perkataannya.
33. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
[712] Maksud mereka mengatakan bahwa kebangkitan nanti sama dengan sihir ialah kebangkitan itu tidak ada sebagaimana sihir itu adalah khayalan belaka. menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan kata ini ialah Al Quran ada pula yang menafsirkan dengan hari berbangkit.
Begitu seterusnya kita dapat merenccanakan dan tentunya menciptakan keindahan dalam hidup meskipun hidup dalam keadaan yang tidak kita inginkan,itulah tugas kita sebagai manusia kita diciptkan untuk menyembah dan menyerahkan diri kita semta-mata hanya kepada Allah Swt.Tidak ada suatu keindahan di dalam suatu keadaan yang mewah jika di dalamnya tiada ayah dan ibu serta nak-anak yang rukuk dan sujud kepada Robbnya.Alangkah indahnya jika kita dapat menciptakan keindahan dalam hidup kita yang hanya sebentar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar